Pembelajaran bahasa asing di Indonesia menjadi sebuah tantangan besar bagi guru karena siswa tidak menggunakan bahasa tersebut dalam komunikasi sehari-hari. Sudah menjadi trending topik bahwa siswa selalu mengalami demotivasi saat harus belajar bahasa asing. Sebagai guru Bahasa Inggris , kemampuaan untuk menjaga mood dan motivasi siswa sangat penting sehingga proses pembelajaran dapat berjalan dengan optimal.
Drnyei (1998 seperti dikutip dalam Pourhosein Gilakjani, Leong, & Saburi, 2012) mendefinisikan istilah motivasi intrinsik dan ekstrinsik. Motivasi intrinsik mengacu pada motivasi untuk terlibat dalam suatu kegiatan karena kegiatan itu menyenangkan melakukan sedangkan motivasi ekstrinsik mengacu pada tindakan yang dilakukan untuk mendapatkan beberapa tujuan instrumental seperti mendapatkan hadiah atau menghentikan hukuman.
Selain Dornyei, Brown (2000) juga menunjukkan hubungan antara dua jenis motivasi ini. Sebagai ekstrinsik motivasi dapat berubah menjadi motivasi integratif jika orang lain ingin pelajar L2 mengetahui L2 untuk integratif tujuan; motivasi ekstrinsik dapat berubah menjadi motivasi instrumental jika kekuatan eksternal menginginkan pelajar L2 untuk mempelajari bahasa L2.
Mencermati pernyataan Dornyei dan Brown tersebut diatas dan melihat kenyataan di kelas bahwa motivasi siswa sering turun di tengah-tengah bahkan diawal pembelajaran membuat guru bahasa asing harus berjuang keras mempertahankan daya retensi motivasi siswa tersebut baik motivasi.
Siswa dengan motivasi intrinsik dan ekstrinsik seperti dikemukan kedua ahli tersebut cenderung memiliki daya retensi lebih tinggi dibanding siswa yang tidak memiliki motivasi intrinsik maupun ekstrinsik. Oleh karena itu guru bahasa asing harus jeli melihat masalah ini dan selalu mencari solusi untuk mempertahankan daya tahan motivasi siswa dalam proses pembelajaran.
Banyak pendekatan, model, pendekatan, strategi, dan teknik mengajar bahasa asing yang dapat digunakan guru dalam menumbuhkan motivasi siswa dalam belajar bahasa, salah satunya adalah melalui permainan/ game.
Permainan “Barcode Search” merupakan permainan yang paling menarik untuk diterapkan karena siswa akan belajar dalam situasi ‘ subconscious’ (di bawah alam sadar) sehingga atmosfer rileks dalam proses pembelajaran muncul.
Untuk membuat permainan “Barcode Serach” guru harus membuat barcode yang berisi teks (untuk pembelajaran reading), dialog (untuk pembelajaran speaking) dan audio atau video (untuk pembelajaran listening). Sebelum guru membuat barcode tentu ssaja guru harus menyiapkan RPP dan Materi yang akan diajarkan dalam pembelajaran tersebut.
Berikut adalah contoh penerapan permainan “Barcode Serch” dalam pembelajaran Bahasa Inggris:
Kelas: IX
Kompetensi dasar:
3.4 Membandingkan fungsi sosial, struktur teks, dan unsur kebahasaan beberapa teks prosedur lisan dan tulis dengan memberi dan meminta informasi terkait resep makanan/ minuman dan manual pendek dan sederhana, sesuai dengan konteks penggunaannya.
4.4 Menangkap makna secara kontekstual terkait fungsi sosial, struktur teks, dan unsur kebahasaan teks prosedur lisan dan tulis, sangat pendek dan sederhana, dalam bentuk resep dan manual.
Topik: Membuat Minuman
Langkah-langkah yang dilakukan guru:
Pada pembelajaran kali ini, skenario pembelajarannya adalah sebagai berikut:
Dari skenario pembelajaran yang penulis jabarkan diatas, dapat kita lihat upaya guru dalam menumbuhkan motivasi belajar siswa dari awal dan mempertahankan retensi motivasi siswa sampai akhir pembelajaran. Siswa akan mendapatkan kesan rileks dalam belajar karena pendekatan, strategi, teknik dan bahan ajar yang digunakan guru menarik dan menyenangkan.
Brown, H. D. (2000). Principles of Language Learning and Teaching. (4th ed.). New York: Addison Wesley Longman.
Dornyei, Z. (2001). Teaching and Researching Motivation. Harlow. England: Longman
Konten ini telah tayang di Kompasiana.com dengan judul “Belajar Bahasa Inggris Melalui Game “Barcode Search””, :
Kreator: Wahyu Ambarwati